Monday, October 10, 2016

Temukan Obatmu di Taman Djamoe Indonesia


“Mau piknik nggak kita hari ini?”
Tanya saya ke Tika selagi ia masak pagi kemarin Minggu 9 Oktober 2016
“ke tempat yang adem-adem boleh”
“sambil bawa nasi telor dibungkus sama tiker kita makan ditempatnya aja? :D Ke hutan penggaron po?”
“Tempate apik ra, tapi nggo bayi e. Kurang pas kayaknya”
“Aku pernah kesana. Sepi sih” jawab saya sambil browsing browsing.
Dan akhirnya ia menyetujui ajakan saya untuk piknik ke Taman Djamoe Indonesia.

Siang jam 10 pagi, Sico menepi parkir seorang diri. Sementara beberapa pegawai di satu-satunya taman jamu itu sedang sibuk bersiap diri. Ada yang bersih bersih, ada yang masih mondar mandir.
Hari itu seperti biasanya, tempat wisata edukasi ini sepi pengunjung. Boleh dibilang kami adalah pengunjung pertama hari itu. Membayar tiket dan mengisi buku tamu, kami disambut dengan aneka koleksi baik itu berupa koleksi bahan-bahan jamu kering, maupun peralatan pengolahan jamu yang pernah dimiliki oleh Njonja Meneer. Mereka tertata cantik pada display display berbahan kayu.






Tidak lama kemudian, terlihat tiga bis besar menepi. Tampaknya hari ini ada kunjungan lapangan dari anak-anak SMP. Saya pun mengajak Tika untuk segera menuju ke taman yang ada di belakang mini museum itu. Samar nanti terlalu ramai sehingga kami tidak bisa foto foto cantik. :D

Kebun itu luasnya sekitar 3 hektar. Ditanami aneka macam tanaman jamu. Dari yang kita tahu maupun belum tahu. Di setiap pohon atau taman, ada penjelasan yang dapat kita baca nama dan manfaatnya.

Contohnya adalah tanaman soka berikut ini yang dapat mengobati luka baru. Jadi kalau ada orang orang yang habis putus atau habis dicampakkan pacarnya, tanaman ini bisa jadi alternatif camilan.
 
Di salah satu sudut di taman ini juga tersedia sebuah rumah spa. Tetapi waktu kami datang kesana, tempat itu tertutup. Wah padahal kami ingin spa. Tapi karena tutup ya nggak jadi deh :D

Dayu sendiri sekarang sudah bisa jalan lho. Ia tertarik dengan bunga-bungaan dan ingin memetiknya. Persis kelakuannya seperti saya waktu berusia satu tahun. Waktu itu saya diajak ke Bonbin Gembiraloka dan saya berlari lari kecil mencabuti bunga bungaan di taman. (ini cerita dari mae saya)
 
Selain spa, di taman jamu ini juga ada beberapa fasilitas seperti menara pandang, beberapa gasebo dan bursa tanaman obat. Semuanya sepi. Mungkin pengunjungnya memang sehari-hari tidak terlalu banyak sih, ya. Padahal sebenarnya tempatnya keren, lho.

Ada juga tanaman yang bernama Prasman. Dugaan saya tanaman ini bisa disayur dan disajikan secara prasmanan untuk mengobati kelaparan. Selain itu ada juga tanaman pacar tembok. Tanaman ini adalah obat untuk para jomblo yang susah dapat pacar. Ya caranya, pacarin aja tembok supaya tetap bisa punya pacar.
 
 
Dekat dengan pacar tembok juga ada tanaman lidah mertua. Kita harus berhati hati dengan tanaman ini. Karena jika kita sampai menyakitinya, ia bisa teriak-teriak seperti kalau mertua sedang marah. Hehehe bercanda :D

Dayu kelihatannya mulai capek. Dia tertarik untuk bermain air di air mancur. Setiap kita bawa ia pergi, selalu ia ingin kembali ke tempat itu. Dan akhirnya setelah minum susu, Dayu terlelap tidur. Capek kali ya jalan jalan.

Puas berjalan-jalan, maka kami singgah ke sebuah kafetarianya. Seingat saya dulu menyediakan aneka macam es krim jamu. Sayangnya hari kemarin kosong. Hanya ada beberapa jamu botolan yang didisplay di show case, dan beberapa yoghurt buah buahan. Yasudah deh akhirnya kita beli itu yoghurt untuk pengobat dahaga.
 
Bermain ke Taman Djamoe Indonesia, sebenarnya akan membuka mata kita terhadap aneka macam tanaman obat yang ada disekeliling kita. Banyak manfaat yang terkandung. Selain itu, tempatnya juga tertata cantik dan cocok untuk foto-foto. Beberapa tips jika kalian ingin berkunjung ke tempat ini adalah berangkat pagi atau sore. Jangan di siang hari karena terik. Juga siapkan lotion anti nyamuk karena nyamuk di taman itu nakal-nakal sekali. Mungkin karena jarang minum darah jadi mereka menyerang kami secara membabi buta.

Taman Djamoe Indonesia
Bergas, Kabupaten Semarang
HTM 7,5 K / 10 K . Weekday / Weekend

Disclaimer : postingan ini hanya sebagai guyonan


Daun dollar, salah satu tanaman favorit Dimas Kanjeng

Bayar Tiket
Kemloko, sebagai obat orang Kemlakaren :D
Aneka koleksi jamu jamuan kering



Piring porselen era jaman Walondo

Kayu wedok, dipakai untuk wong wedok




Taiwan Beauty, jika kalian makan tanaman ini maka akan menjadi cantik bak orang Taiwan





Beluntas, sebagai obat jika kalian ke toilet dan tidak pernah tuntas.

Pacar cina, sebagai obat jika ingin punya pacar orang cina




buah yang bisa meningkatkan gairah seks laki laki. Belum coba di makan sih.

Read More..

Friday, September 2, 2016

Menyingkap Misteri OSVIA Probolinggo



Sekitar setahun yang lalu, salah satu member di komunitas Kota Toea Magelang (KTM) mengupload sebuah foto ke facebook. Foto itu berupa sebuah bangunan dengan bentuk yang menarik. Kenapa menarik? Karena bentuk bangunan yang difoto bercaption “opleidingsschool voor indladsche ambtenaaren Probolinggo” itu memiliki bentuk yang sangat mirip dengan bangunan OSVIA/Kweekschool di Magelang.
Osvia (lama) Probolinggo
Kweekschool / Osvia Magelang

Diskusi berkembang menjadi : apakah foto itu salah caption? Tetapi rupanya OSVIA yang di Probolinggo memiliki bentuk halaman luas yang datar. Sedangkan sebagaimana kita tahu Kweekschool Magelang yang kini menjadi kantor Dispendukcapil Kab. Magelang tersebut halamannya sempit. Karena terpentok jalanan dengan kontur yang lebih tinggi. Mustahil untuk dapat difoto dari depan dengan sempurna.

Ada pula yang berpendapat apakah mungkin jalan depan kweekschool Magelang pernah diurug? Tapi saya tidak yakin.

Diskusi sekitar setahun lebih yang lalu itu akhirnya membuat saya penasaran. Dan saya akhirnya berusaha mengorek informasi dari internet. Tapi sayangnya sangat minim. Saya waktu itu hanya berkesimpulan bahwa bangunan tersebut benar ada di Probolinggo dan telah berubah bentuk. Diskusi itu akhirnya berakhir tanpa adanya titik temu.

Nah, sekitar semingguan yang lalu, kawan saya Setiya Heru kembali membuka lembaran lama. :p . Dengan merepost diskusi tentang misteri OSVIA Probolinggo ini. Berhubung saya sendiri juga belum kesampaian ke Probolinggo, dan menjadi kembali penasaran, akhirnya saya niatkan untuk kembali menelisik misteri tersebut dengan cara yang lebih modern. Dengan google street view. :D

Keyword yang saya gunakan di google untuk mencari sumber begitu banyak sekali. Mulai dari yang standar OSVIA Probolinggo, Kweekschool Probolinggo, sekolah belanda Probolinggo, bekas OSVIA, sekolah peninggalan kolonial, dan lain-lain. Tapi rupanya masih juga kurang valid informasinya.

Menurut catatan Halim Santoso yang pernah mengikuti Tour de Probolinggo, ia bercerita bahwa di Jalan Soeroyo yang jaman dulu merupakan pusat kawasan orang Eropa, disana ada sebuah rumah yang kini menjadi museum. Namanya Museum Dr. Moh Soleh. Salah satu koleksi di museum tersebut membuat semakin penasaran. Yaitu sebuah bangku bekas OSVIA, dan foto OSVIA itu sendiri.

Masalahnya adalah, foto yang beredar di arsip Belanda (tropenmuseum, kitlv) selama ini ada dua model. Osvia pertama dengan model mirip dengan kweekschool Magelang dan Osvia kedua dengan bentuk yang lebih “Indonesia”.
Osvia (lama) Probolinggo


Osvia (baru) Probolinggo

Osvia (baru) Probolinggo


Sementara saya malah menduga bahwa Museum itu sebelum menjadi rumah Dr Moh Saleh adalah Osvia itu sendiri. Begini komparasinya. Dengan catatan rumah itu pernah dirombak. Toh di kiri kanan juga masih ada tanah lapang. Tapi, kenapa dibelakangnya tidak membentuk sebuah kompleks sekolah? Malah rumah itu mirip mirip dengan bentuk telepoon en telegraaph kantoor Probolinggo. 

Pertama saya membandingkan ini
 
Mungkinkah rumah Dr Moh Saleh itu dulunya adalah Osvia yang sayap kiri kanannya sudah dibongkar? Karena melihat fasad sedikit ada persamaan dengan bentuk depan dari Osvia? Dan di kanan kiri bangunan saat ini ada tanah lapang. Tapi kenapa bentuk bangunan belakang tdk seperti sekolah?

Pada diskusi yang dulu, saya berpendapat bahwa memang OSVIA kini telah menjadi markas Yonzipur Probolinggo dengan catatan pernah mengalami perombakan. Hal ini diperkuat dengan foto aula Yonzipur dan foto satelit dari Wikimapia.org yang memperlihatkan genteng ‘lama’ dan genteng ‘baru’ tanda ada tambahan bangunan.
Perhatikan Mako Yonzipur yang atas. Ada perbedaan warna genteng. Genteng lama (bangunan asli) gelap dan genteng baru (bangunan tambahan) genteng lebih cerah. Dan heloo.. ada bangunan apa di depan mako Yonzipur itu?

Kemudian saya berusaha mencari sumber lain dan saya menemukan sebuah kontak bernama Profesor Antariksa. Beliau pernah menulis tentang pelestarian Cagar Budaya di Probolinggo. Dan inilah hasil diskusi singkat itu.





Referensi lain

Akhirnya saya arahkan streetview menuju mako Yonzipur di Jl. Soekarno Hatta Probolinggo. Dan disana saya kembali melihat mako Yonzipur yang bentuknya ya itu itu saja. Tapi satu yang membuat penasaran adalah : Bangunan apa di seberang mako itu? (Dulu saya pernah mengajukan pertanyaan ini di facebook heritage Probolinggo yang ternyata sudah lama tidak aktif)

Akhirnya berdasar streetview yang saya putar, saya pun deg degan. Apakah bangunan ini yang merupakan Osvia model Kweekschool? Ahhh.. sayang sekali tertutup pepohonan. Tapi dari sekilas bentuknya, rupanya bentuk atapnya malah mirip dengan foto Osvia kedua/Osvia baru.
Bangunan seberang mako Yonzipur
Perhatikan bentuk atapnya

Dan sejauh ini, saya kembali menyimpulkan bahwa Osvia Probolinggo pada masanya merupakan sebuah kompleks yang terpisah jalan raya. Seperti SMA 4 Magelang. Dimana kompleks selatan adalah Osvia Kedua, dan kompleks utara adalah Osvia pertama. Dengan catatan bentuknya pernah dirubah. Dan sekarang saya malah penasaran. Apakah benar Museum dr Moh Soleh menempati bekas kantor telepon dan telegraph?
Bangunan mako Yonzipur yang merupakan kandidat terkuat sebagai terduga bekas Osvia 'lama' Probolinggo.

Aslinya belum puas banget, sih. Tapi sementara inilah jawaban saya. Semoga berkenan. 

Credits
google, street view
kitlv
tropenmuseum
Prof Antariksa
dll..  



Read More..

Monday, August 22, 2016

Bakso Super Jumbo Pak Mitro



 
Beberapa waktu lalu, gara-gara postingan mas Kurnianto Yoga di media sosial – yang memamerkan bakso jumbo yang dia beli di Jogja, Tika lalu menjadi kepingin makan bakso besar. Sebelumnya emang sudah kepingin sih. Tapi kalau di Ungaran, Semarang dan sekitarnya hingga kini saya belum tahu ada dimana bakso jumbo itu berada.

Daripada kejauhan pergi ke Jogja, akhirnya Tika saya rekomendasikan membeli bakso Pak Mitro di Weleri, Kendal.

Bukan hal yang mudah untuk meyakinkan Tika bahwa bakso tersebut benar-benar masih ada. Karena saya kesana sudah beberapa tahun yang lalu. Dan berdasar penelusuran di internet, masih minim informasi.

Akhirnya hari Sabtu, 13 Agustus lalu saya dan keluarga kecil bertolak ke Weleri itung itung sambil memanasi Sico. Sudah agak lama dia tidak terpakai. Kami mengambil jalur tol dan keluar di Krapyak. Seketika macet melanda. Karena ada perbaikan jalan. Tika yang masih belum tahu Weleri ada dimana nggrundel terus karena dia menganggap perjalanan ini sangat jauh.

Akhirnya kami pun sampai di Weleri. Saya pelan pelan saja mengendarai, sambil cari cari gang masuk yang bernama Jl. Dr. Sutomo itu. Nah, itu dia. Dan setelah plingak plinguk akhirnya terlihatlah sebuah warung bakso Sedep Mantep Pak Mitro.

Karena gerobaknya tertutup oleh banner, saya kira warung saat itu tutup. Eh tapi ternyata buka kok. Syukurlah.. Kelihatannya bakso disana yang super besar tidak sebesar dulu. Mungkin sebesar kepala bayi baru lahir. Yang jelas lebih besar dari bakso tennis.
 
Saya memilih Bakso Super Jumbo dan Tika memutuskan mengicipi bakso super saja. Takut nggak habis kalau sama-sama memilih yang besar.
 
Warung itu merupakan bangunan jawa jadul dengan ruangan yang luas dan beberapa meja panjang terhampar. Pengunjung cukup ramai. Di meja disediakan free air putih, beberapa kerupuk, lumpia, dan lontong.

Pesanan kami datang. Bakso jumbo dihidangkan pada mangkuk yang lebih besar dari mangkuk biasa. Penyajiannya, bakso super besar ini sudah dibelah belah dan tampaklah daging cincang di dalamnya. Bukan telur rebus seperti lainnya.
 
Bicara soal rasa, bakso ini rasanya mantep. Bumbunya terasa. Dayu pun ikutan makan baksonya. Enak, sih. Hehehe.. Dan tidak terasa kedua porsi bakso tadi telah masuk ke perut kami bertiga.

Hari sudah menuju sore dan kami harus segera pulang karena Tika ada acara Dawis sorenya. Akhirnya kami pun berhasil nglegakke beli bakso sampai Weleri. Hehehe
 
Bakso Sedep Mantep
Pak Mitro
Jl. Dr. Sutomo
Weleri – Kendal.



Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...